SERATLONTAR – Salah satu disiplin Ilmu yang menjadi fokus kajian peneliti Barat adalah tentang Al-Qur’an. Proyek The European Qur’an (EuQu) gagasan Prof. Roberto Tottoli menjadi salah satu dari lima proyek besar tentang Al-Qur’an di sana. Empat proyek lainnya dapat dibaca pada laman studitafsir.com
Tumbuhnya minat penelitian Al-Qur’an di Eropa merupakan hasil dari dinamika perkembangan Islam di barat (Eropa). Tidak dapat dimungkiri, islam telah masuk ke Eropa sejak abad ke 7 Masehi atau 1 Hijriyah. Islam yang telah lama tumbuh di Eropa, pada perkembangannya menumbuhkan minat peneliti barat dalam mengkaji Islam.
Al-Qur’an sebagai teks sentral umat Islam juga tidak luput dari sorotan peneliti barat dalam kajiannya. Berbicara terkait proyek The European Qur’an, tidak lengkap rasanya bila tidak mengenal siapa itu Prof. Roberto Tottoli.
Ketika pembaca melakukan pencarian di Google terhadap Tottoli, banyak sekali yang menyebutkan mengenai proyeknya ini, The European Qur’an (EuQu). Hal yang menjadi pertanyaan, apa itu EuQu, dan apa peran Tottoli dalam proyek ini.
Dua pertanyaan tersebut akan dibahas dalam artikel kali ini. Simak penjelasan berikut
Profil Singkat Professor Roberto Tottoli
Prof Tottoli terkenal sebagai sarjana yang ahli bahasa Arab, sejarah Islam, dan tradisi manuskrip Al-Qur’an, serta sejarah penerjemahan Al-Qur’an di Eropa dalam bahasa Latin.
Sejak 2002, dia mengajar di Departemen Studi Pemikiran Islam dan Literatur Arab di Afrika dan Asia Mediterania, Universitas Naples L’Orientale. Ketertrikan penelitiannya berfokus pada tradisi dan literatur muslim.
Sekilas tentang The European Qur’an
Tema yang dibahas pada pertemuan ini ialah The European Qur’an: The History of the Text and Its Intellectual Legacy. EuQu ialah proyek penelitian tempat Tottoli bersama timnya guna menganalisis sejarah penyuntingan dan pencetakan Qur’an di Eropa.
Penelitian ini mencakup sejak permulaan teks Qur’an muncul di Eropa, yakni pada abad ke-16 oleh Paganini Venesia hingga oleh Flugel di abad ke-19.
Permulaannya, Roberto Tottoli menyinggung sejarah Al-Qur’an. Ia mengatakan, sebenarnya teks suci tersebut dicetak pertama kali bukan di Timur Tengah.
Sebaliknya, Al-Qur’an pertamakali dicetak di Eropa. Lebih tepatnya di Italia, oleh Paganino bersama ayannya, Alessandro Paganini.
Menjadi hal ironi melihat kenyataan kitab suci yang dikultuskan umat islam dicetak pertama kali di kota yang terkenal sebagai pusat Katolik pada masanya.
Baca Juga: Pendekatan dalam Meneliti Al-Qur’an menurut Angelina Neuwrith
Peran Tottoli dalam The European Qur’an
Dari sana dapat kita ambil kesimpulan betapa pentingnya melacak keberadaan al-Qur’an di Eropa.
Maka dari itu, Tottoli bersama empat temannya membuat proyek EuQu atas keyakinan bahwa Al-Qur’an telah memainkan peran penting dalam pembentukan keragaman dan identitas agama Eropa abad pertengahan dan awal modern.
Proyek ini mempelajari bagaimana Al-Qur’an Eropa ditafsirkan, diadaptasi, digunakan, dan dibentuk dalam konteks Eropa Kristen terutama dalam wilayah Kristen dan Islam.
Fokus obyek yang dikaji ialah Al-Qur’an yang dibawa, dikumpulkan, dan disalin oleh orang Eropa.
Al-Qur’an yang mereka terjemahkan dan cetak seringkali menggunakan tafsir Muslim dan tata bahasa dan kamus Arab.
Al-Qur’an yang disalin, diinterpretasikan, diterjemahkan ke dalam bahasa lokal, sering kali dalam tulisan Arab (aljamía) oleh minoritas Muslim yang tinggal di negara-negara Kristen Eropa.
Tokoh-Tokoh Penting dalam Proyek The European Qur’an
Ada empat tokoh kunci dalam proyek ini yang semuanya mempunyai latar belakang yang berbeda. Salah satu dari empat tokoh tersebut ialah Roberto Tottoli, adapun tiga lainnya adalah:
1. Mercedes Garcia
Mercedes Garcia, yang berasal dari Arenal. Dia ahli dalam bidang Minoritas Muslim di Spanyol.
Garcia adalah seorang sejarawan agama dan budaya. Dia memiliki gelar PhD dalam bahasa Arab dan Islam dari Universidad Complutense di Madrid (1976).
Saat ini, beliau adalah Profesor Riset di Instituto de Lenguas y Culturas del Mediterraneo, Centro de Ciencias Humanas y Sociales, CSIC, Madrid
2. John Tolan
Tokoh kedua ialah John Tolan yang berasal dari Universitas Nantes dan anggota Academia Europea. Ia merupakan ahli dalam bidang Sejarah Abad Pertengahan.
Beliau juga merupakan seorang profesor yang memiliki kepakaran terkemuka dalam polemik anti-Muslim Eropa abad pertengahan dan sejarah persepsi Eropa tentang Islam.
Riwayat lainnya ialah sebagai co-director Institute for Religious Pluralism and Atheism (IPRA) dan mengoordinasikan program penelitian Eropa Religion and Law in Medieval Christian and Muslim Societies (RELMIN) (ERC Advanced Grant) tentang status hukum minoritas agama di Euro- Daerah Mediterania (abad ke-5-15).
Profesor Tolan telah menerbitkan lebih dari 55 artikel di jurnal internasional dan mengumpulkan karya dan penulis Eropa Latin dan Dunia Arab di Abad Pertengahan: Budaya dalam Konflik Dan Konvergensi dan Anak Ismail: Muslim melalui Mata Eropa di Abad Pertengahan.
Buku terbarunya berjudul Wajah Muhammad: Persepsi Barat tentang Nabi Islam dari Abad Pertengahan hingga Hari Ini‘ tersedia dari Princeton University Press.
Baca Juga: Ragam Penafsiran Al-Qur’an di Masa Modern dan Kontemporer
3. Jan Loop
Prof. Jan loop berasal dari Universitas Kopenhagen. Beliau merupakan ahli dalam bidang Sejarah Modern.
Profesor Jan Loop adalah seorang ahli terkemuka dalam sejarah interaksi ilmiah Eropa dengan dunia Islam dan bahasa Arab.
Minat pengajaran dan penelitiannya adalah dalam sejarah intelektual, agama dan budaya Eropa dan Timur Dekat dengan fokus khusus pada pengetahuan Barat tentang dunia Arab, Ottoman, dan Persia antara tahun 1450 dan 1800.
Profesor Loop adalah anggota pendiri Center for the History of Arabic Studies in Europe di Warburg Institute, London dan Senior Research Fellow di New York University Abu Dhabi Institute.
Dia adalah Peneliti Utama, antara 2013 dan 2016, dari proyek penelitian kolaboratif yang didanai Eropa Encounters with the Orient in Early Modern European Scholarship (EOS).
Artikel ini merupakan Resensi Seminar Roberto Tottoli yang berkunjung ke UIN dalam rangka konferensi yang mengusung tema A Word Across Languages European Qur’an-UIN
Oleh: Ahmad Faaza Hudzaifah
Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, minat kajian Hermeneutika.