• Home
  • Artikel
  • Kirim Tulisan
  • Tentang Kami
  • Kontak
Menu
  • Home
  • Artikel
  • Kirim Tulisan
  • Tentang Kami
  • Kontak
Home Al-Qur'an dan Tafsir

Jalan Tengah Antara Pertentangan dan Penerimaan Hermeneutika terhadap Penafsiran Al-Qur’an

by admin_seratlontar
22 August 2024
Jalan Tengah Antara Pertentangan dan Penerimaan Hermeneutika terhadap Penafsiran Al-Qur’an

“Mualif beranggapan sebagian teori hermeneutis bisa digunakan dalam pengembangan Ulumul Qur’an dan penafsiran Al-Qur’an”

SERATLONTAR – Kutipan tersebut diambil pada bagian pembukaan tatkala Sahiron memaparkan ragam perbedatan Hermeneutika atas pengembangan Ulumul Qur’an. Hermeneutika sebagai ‘alat bantu’ dalam menafsirkan Al-Qur’an telah menjadi isu problematik di rumpun kajian studi Al-Qur’an dan Tafsir di Indonesia. Bukan maksud hati mendiskreditkan metode ini, tetapi telah menjadi sebuah fakta bahwa hermeneutika bukan produk intelektual islam, melainkan barat.

Adian Husaini, Pemikir Islam dari Universitas Ibn Khaldun Bogor, menjadi salah satu tokoh yang menentang hermeneutika sebagai alat bantu penafsiran. Dalam catatan Evi Fauzi di laman ibihtafsir.id, ia merangkum tiga tesis besar Husaini tentang penolakannya terhadap Hermeneutika.

Pertama, relativisme tafsir. Oleh karena cara pandang hermeneutika yang menggantungkan makna pada semangat zaman, maka, keabsolutian Al-Qur’an terdekonstruksi. Tafsir sebagai produk akal manusia bersifat relatif, personal, dan kontekstual. Akibatnya, tidak ada kebenaran mutlak yang dapat diyakini umat manusia, sebab ia bisa salah.

Baca Juga

Pengaruh Jurnal Al-Manar terhadap Produk Fatwa di Kawasan Asia Tenggara

Studi Islam dalam Lintas Sejarah: Suatu Pengantar

Kedua, berkaitan dengan poin pertama, cara pandang hermeneutika dapat menyebabkan tuduhan membabi-buta pada ulama terkemuka. Ketiga, dekonstruksi Al-Qur’an sebagai kitab suci. Penganut hermeneutika sampai masuk ke persoalan gugatan terhadap keotentisitasai Al-Qur’an.

Prof. Dr. Phil. Sahiron, M.A. dalam buku yang menjadi objek resensi kali ini, “Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Qur’an (Edisi Revisi dan Perluasan)” memaparkan tentang perluya hermeneutika sebagai metode penafsiran Al-Qur’an. Tentu ditulisnya buku ini sedikit-banyak memberikan klarifikasi atas berbagai tuduhan miring terhadap hermeneutika seperti yang dikemukakan oleh Adian Husaini di atas.

Bagi yang belum mengenalnya, Sahiron Syamsuddin merupakan dosen Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Sebagai dosen tafsir, ia memiliki konsentrasi di bidang Hermeneutika Al-Qur’an, sekaligus menjadi pelopor di bidang tersebut di Indonesia.

Buku yang ada di tangan pembaca ini merupakan bagian dari perjalanan intelektualnya dalam mengawinkan pendekatan Hermeneutika terhadap Ulumul Qur’an. Hasil dari buah pemikirannya ialah terobosan baru dalam penafsiran Al-Qur’an yang ia namakan dengan Ma’na Cum Maghza. Nantinya, terobosan ini juga yang menghantarkan beliau menjadi seorang Professor di bidang Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

Sinopsis

Dalam buku ini, mualif memiliki gagasan besar ingin menggabungkan metode penafsiran produk ‘barat’ yang akrab disebut Hermeneutika dengan Ulumul Qur’an sebagai alat menafsirkan Al-Qur’an. Produk dari gagasan ini ialah Ma’na Cum Maghza, yakni metode penafsiran yang melibatkan penggalian makna asal, sababun-nuzul, dan makna kontekstual dan masih banyak lagi.

Tatkala membuka lembaran pembukaan, pembaca akan disajikan perdebatan kelompok pro dan kontra terhadap hermeneutika sebagai penafsiran Al-Qur’an. Terhadap perbedaan pendapat tersebut, Sahiron memilih jalan tengah, bahwa terdapat beberapa metode hermeneutika yang perlu dieliminasi dan beberapa dapat di ambil sebagai cara menafsirkan Al-Qur’an.

Sahiron juga menjawab tuduhan-tuduhan miring terhadap hermeneutika sebagai suatu alat penafsiran. Salah satunya ialah disiplin ilmu tersebut bukan lahir dari rahim proses intelektual islam. Artinya, mensitesakan ilmu islam (dalam hal ini Ulumul Qur’an) dengan hermeneutik adalah hal yang baru (bid’ah). Anggapan ini keliru, sebab pada abad ke 3 Hijriyah terlah terjadi penggabungan teologi Islam dengan Filsafat Yunani oleh kalangan islam itu sendiri.

Selain itu, pembaca juga akan diberikan gambaran tentang bagaimana anatomi buku ini ditulis. Tiga bab pertama, dirancang sedemikian rupa oleh mualif sebagai rangkaian argumentasi inti tentang seluk-beluk Hermeneutika. Tiga bab ini menjadi fundamental yang penting untuk memperkenalkan kepada pembaca seputar Hermeneutika.

Bab pertama

Bab ini mengulas seputar pengertian dan sejarah perkembangan hermeneutik, serta ta’wil Al-Qur’an dari masa klasik sampai pertengahan. Hermeneutika dijelaskan secara etimologis sebagai seni interpretasi, yang berasal dari kata Yunani “hermeneuein,” yang berarti menjelaskan atau menafsirkan. Pada bagian perkembangan hermeneutika, bahasan dimulai sejak konsep awalnya dalam konteks mitologi hingga menjadi disiplin ilmu yang lebih luas, yang mencakup interpretasi teks-teks keagamaan dan filosofis.

Dalam perkembangannya, hermeneutika mengalami berbagai transformasi, terutama di Barat, di mana ia mulai diaplikasikan secara luas dalam interpretasi teks Bibel dan kemudian berkembang menjadi pendekatan umum dalam memahami teks. Penulis juga membandingkan hermeneutika Barat dengan pendekatan interpretatif dalam tradisi Islam, khususnya yang berkaitan dengan ilmu tafsir Al-Qur’an. Di sini, mualif menunjukkan bagaimana hermeneutika Barat dapat memperkaya metode interpretasi dalam tradisi Islam, tanpa harus meninggalkan warisan intelektual Islam itu sendiri.

Bab Kedua

Setelah usai mengudari definisi hermeneutika, tak lupa juga dengan sejarah kemunculannya dan historisitas hermeneutika dalam dunia Islam yang akrab disebut Ta’wil, sahiron melanjutkan pembahasannya pada bab dua. Bab ini berisi ulasan seputar aliran hermeneutik dari dua sudut pandang: hermeneutik sebagai respon terhadap masa ‘Pencerahan’, dan hermeneutik sebagai suatu sudut pandang pemaknaan terhadap obyek penafsiran.

Mualif menjelaskan bahwa pemikiran tentang hermeneutika sangat beragam dan pluralistik, tergantung pada latar belakang filosofis dan metodologis dari para pemikirnya. Bab ini menggambarkan bagaimana aliran-aliran hermeneutika yang ada berkembang melalui proses dialektika, baik internal maupun eksternal, yang berkontribusi pada kematangan ilmu pengetahuan.

Selain itu, mualif juga memaparkan tentang tipologi penafsiran Al-Qur’an di era modern, menunjukkan bahwa interpretasi terhadap teks suci ini juga dipengaruhi oleh berbagai faktor dan aliran pemikiran yang berbeda, mencerminkan dinamika dan perkembangan pemikiran dalam Islam.

Bab Ketiga

Dilanjutkan dengan bab ketiga yang berisi penjelasan tentang ragam pemikiran hermeneutik: Schleiermacher, Hans G. Gadamer, dan Jorge Gracia, serta respon dunia barat maupun islam terhadap mereka. Bab ini juga menjelaskan tentang sejauh mana hermeneutika dapat diterapkan dalam penafsiran.

Bab ini dimulai dengan membahas pemikiran Friedrich Schleiermacher, yang dikenal dengan hermeneutika gramatikal dan psikologis. Schleiermacher menekankan pentingnya memahami teks melalui kombinasi antara analisis gramatikal dan pemahaman psikologis pengarangnya.

Selanjutnya, bab ini menguraikan pemikiran tokoh-tokoh penting lainnya dalam tradisi hermeneutika Barat, seperti Hans-Georg Gadamer yang terkenal dengan konsep “hermeneutika filosofis,” yang menekankan dialog antara pembaca dan teks sebagai proses pemahaman yang dinamis. Pemikiran mereka kemudian dievaluasi dalam konteks pengembangan Ulumul Qur’an, dengan pertanyaan kunci mengenai sejauh mana konsep-konsep hermeneutika Barat ini dapat diterapkan dalam menafsirkan Al-Qur’an.

Bab ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat perbedaan signifikan antara tradisi pemikiran Islam dan Barat, ada elemen-elemen dalam hermeneutika Barat yang dapat berkontribusi pada pemahaman yang lebih mendalam dan kontekstual terhadap teks-teks keagamaan dalam Islam.

Setelah purna menjelaskan tentang fundamental hermeneutik, harapannya, pembaca memiliki wawasan yang luas mulai dari definisi, muasal lahirnya hermeneutik, serta beragam aliran dan pemikiran tokoh hermeneutik. Tiga bab tersebut juga merupakan landasan berpikir Sahiron dalam merumuskan metode penafsiran Ma’na Cum Maghza.

Bab Keempat

Setelah usai menjelaskan tentang ragam pemikiran hermeneutika barat pada bagian sebelumnya, bab ini berisi tentang tawaran penafsiran dari Sahiron yang mensintesakan hermeneutik dengan Ulumul Qur’an. Bab ini menekankan pentingnya pemikiran hermeneutika yang dikembangkan dalam tradisi Barat sebagai sarana untuk memperkaya pemahaman terhadap teks Al-Qur’an, dengan tetap mempertahankan otentisitas tradisi penafsiran Islam.

Tawaran penafsiran ia namakan dengan sebutan Ma’na Cum Maghza. Langkah-langkah metodis secara garis besar dari tawaran beliau meliputi: analisis bahasa, memperhatikan konteks historis ayat, serta menggali maqashid ayat.

Dalam kesimpulan, buku “Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Our’an” tulisan Prof. Dr. Phil. Sahiron, M.A, merupakan karya yang inovatif dalam mengembangkan hermeneutika dalam pengembangan Ulumul Qur’an. Dengan mengambil jalan tengah antara dua kubu pendapat, buku ini menunjukkan, hermeneutika dapat menjadi alat yang berguna dalam memperkaya metode interpretasi Al-Qur’an tanpa meninggalkan warisan intelektual Islam.

Oleh sebab itu, buku ini dapat menjadi sumber yang berguna bagi para sarjana Muslim pada umumnya. khususnya bagi yang ingin memperluas dan memperdalam studi ulumul Qur’an dengan cara yang lebih kontekstual dan mendalam.

Informasi Tambahan Terkait Buku

Judul buku          :  Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Qur’an (Edisi Revisi dan Perluasan)

Nama Penulis     : Sahiron Syamsuddin

Jumlah Halaman : vi + 194

Penerbit             :  Nawasea Press

Waktu Penerbitan: 2017, Cetakan Pertama

Wallahu A’lam
Oleh: Muhammad Wildan
Direktur seratlontar.com

Tags: hermeneutikaseratlontarseratlontar indonesiaulumul Qur'an

Artikel Terkait

Jurnal_Al-Manar
Keislaman

Pengaruh Jurnal Al-Manar terhadap Produk Fatwa di Kawasan Asia Tenggara

2 October 2024
Studi_Islam
Keislaman

Studi Islam dalam Lintas Sejarah: Suatu Pengantar

23 September 2024
orientalisme
Filsafat

Menguak Alasan ‘Orientalisme’ Ditulis Sebagai Sebuah Buku

25 September 2024
kiai_muhammad_munawwir
Keislaman

Kiai Muhammad Munawwir Krapyak: Ahli Al-Qur’an Paling Berpengaruh pada Masanya

16 September 2024
syekh_ahmad_khatib
Keislaman

Syekh Ahmad Khatib Al-Minankabawi: Imam Masjidil Haram Asal Negeri Melayu

15 September 2024
Syekh_Mahfudz
Keislaman

Syekh Mahfudz At-Turmusi: Ulama Nusantara yang Menjadi Mufaqih di Makkah

14 September 2024
Next Post
Argumentasi Faydur Rahman Sebagai Kitab Tafsir Jawa Pertama

Argumentasi Faydur Rahman Sebagai Kitab Tafsir Jawa Pertama

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

tafsir_al-azhar
Al-Qur'an dan Tafsir

What’s modern about modern tafsīr? A closer look at Hamka’s Tafsīr al-Azhar

by admin_seratlontar
14 November 2024
0

Written by Mun’im Sirry | Review Article This article was written by Mun’im Sirry which light up Tafsir Al-Azhar in...

Jurnal_Al-Manar

Pengaruh Jurnal Al-Manar terhadap Produk Fatwa di Kawasan Asia Tenggara

2 October 2024
Falsifikasi_Karl_Popper

Falsifikasi Karl Raimund Popper dalam Catatan A. Setyo Wibowo

24 September 2024
Studi_Islam

Studi Islam dalam Lintas Sejarah: Suatu Pengantar

23 September 2024
orientalisme

Menguak Alasan ‘Orientalisme’ Ditulis Sebagai Sebuah Buku

25 September 2024
Peran_Kebijakan_Publik

Peran Kebijakan Publik Terhadap Kasus BLBI

20 September 2024

Artikel Populer

  • Jurnal_Al-Manar

    Pengaruh Jurnal Al-Manar terhadap Produk Fatwa di Kawasan Asia Tenggara

    498 shares
    Share 199 Tweet 125
  • Menguak Alasan ‘Orientalisme’ Ditulis Sebagai Sebuah Buku

    486 shares
    Share 194 Tweet 122
  • Memahami Hadis secara Mendalam: Antitesa Kesalahpahaman

    473 shares
    Share 189 Tweet 118
  • Makna Muhkam dan Mutashabih menurut sudut pandang Tabari danZamakhsyari

    472 shares
    Share 189 Tweet 118
  • The European Qur’an: Mengenal Lebih Dekat Proyek besar Studi Qur’an di Eropa

    472 shares
    Share 189 Tweet 118
  • What’s modern about modern tafsīr? A closer look at Hamka’s Tafsīr al-Azhar

    472 shares
    Share 189 Tweet 118

Copyright © 2024 Serat Lontar

All Rights Reserved

Open chat
Powered by Joinchat
Selamat datang di seratlontar.com. Kami merupakan platform media informasi dan pengetahuan. Kami juga menyediakan pelatihan menulis bagi pemula untuk meningkatkan kemampuannya dalam menulis supaya mereka dapat menyalurkan ilmunya dengan baik kepada pembaca.