• Home
  • Artikel
  • Kirim Tulisan
  • Tentang Kami
  • Kontak
Menu
  • Home
  • Artikel
  • Kirim Tulisan
  • Tentang Kami
  • Kontak
Home Al-Qur'an dan Tafsir

Argumentasi Faydur Rahman Sebagai Kitab Tafsir Jawa Pertama

by admin_seratlontar
23 August 2024
Argumentasi Faydur Rahman Sebagai Kitab Tafsir Jawa Pertama

SERATLONTAR – Artikel ini ditulis berdasarkan pembacaan penulis terhadap tulisan yang telah terbit sebelumnya tentang mempertanyakan tafsir Faydur Rahman sebagai tafsir Jawa pertama. Salah satu argurmntasi yang saya ajukan adalah adanya eksistensi pesantren empat abad sebelum masa kelahiran Kiai Saleh Darat.

Agaknya, Van Bruinessen pernah mempersoalkan kebenaran adanya pesantren pada abad tersebut. Untuk itu tulisan ini berusaha merekonstruksi tulisan sebelumnya, dan menjadikan tesis Bruinessen terkait muasal pesantren di dirikan sebagai landasan tulisan, berikut penjelasannya.

Muasal Pesantren

Menurut Agus Sunyoto, pesantren berasal dari pengambil alihan pendidikan Hindu-Budha yang kemudian dimasukkan nilai-nilai Islam didalamnya. Pada halaman yang lain, ia juga mencatat pesantren tanjung pura yang didirikan tahun 1418 Masehi. (Atlas Walisongo, hal. 89 dan 166) Akan tetapi tidak ada catatan lebih lanjut apakah ini pesantren sebagaimana yang ia definisikan sebelumnya atau sebatas tempat belajar agama Islam tanpa adanya transformasi pendidikan pra Islam didalamnya.

Baca Juga

What’s modern about modern tafsīr? A closer look at Hamka’s Tafsīr al-Azhar

One Day One Juz: Komunitas dalam Kehidupan Beragama di Era Digital

Bruinessen meragukan tentang eksistensi pesantren sebelum abad 18. Ia menyebut desa perdikan sebagai sarana penyambung pesantren dan pendidikan pra-Islam. Hanya sedikit pesantren yang memiliki latar belakang ini, dan umumnya masih sangat muda. Ia mencatat, pesantren Tegalsari adalah yang tertua diditikan tahun 1742. (Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat, hlm. 92-93)

Relasi Jaringan Ulama Nusantara dan Haramayn

Dalam konteks global, kemunculan pesantren tidak lepas dari Jaringan ulama Nusantara-Haramayn yang telah terjalin sejak abad 17 M. Jaringan ini melahirkan banyak ulama salaf yang berpengaruh besar pada perkembangan Islam Indonesia. Ulama yang lahir pada masa tersebut seperti Syaikh Arsyad Banjar, Syekh Mahfudz At-Tarmasi, Syekh Ahmad Khatib dsb. Dari sekian banyak ulama diatas banyak memberikan pengaruh pada corak Islam di Nusantara.

Baca Juga: Ayat-Ayat Perang dalam Tafsir Hidayatul Quran: Review Artikel

Kiprah dari relasi ulama Haramayn-Nusantara adalah kebangkitan yang nampak pada meningkatnya kuantitas serta semangat keberagamaan di Indonesia, dan bermuara pada semangat antikolonialisme. Hal ini tidak terlepas dari jaringan ulama Nusantara-Haramayn yang tertransmisikan melalui ibadah haji. Terbukti survei yang dilakukan oleh belanda sejak tahun 1853 tahun 1935 banyak mengalami perkembangan. (Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat, hal. 15)

Tesis yang di ajukan Bruinressen, agaknya selaras dengan kian berkurangnya peran kerajaan Islam di Jawa dalam menghadapi perlawanan Belanda. Perang Diponegoro yang usai tahun 1830 disebut-sebut sebagai akhir dari perlawanan kaum bangsawan sampai sebelum tahun kemerdekaan. Pada saat itu juga penjajahan yang sebenarnya terjadi di Jawa. (Sejarah Modern Indonesia, hal. 257-59)

Sebagai seorang bangsawan, Diponegoro sangat dekat dengan seluruh elemen masyarakat. Di istana ia seorang pangeran, disisi lain ia juga dekat dengan rakyat jelata. Ia juga dekat dengan para ulama salaf yang juga turut membantunya dalam revolusi perang Jawa.

Mumazziq menuliskan bahwa dalam berperang pangeran Diponegoro di dampingi oleh 108 ulama (kiai). Pasca kalah perang, para pengikutnya berdiaspora dan melakukan perubahan perlawanan dalam bentuk pendidikan. Oleh karena itu, banyak pengikut Diponegoro mendirikan pesantren. (Menelusuri Jejak Laskar Diponegoro di Pesantren, Falasifa, Vol. 07, No. 1, hlm. 146)

Hubungan Kiai Saleh Darat, Haramayn, dan Diponegoro

Sebagai salah seorang ulama salaf jawa, kiai saleh darat memiliki hubungan dengan Diponegoro melalui jalur ayahnya. Kiai Umar, ayah kiai saleh darat merupakan salah seorang pengikut setia Diponegoro dalam perang Jawa yang membawahi wilayah pantura. Dari sini dapat dibaca muasal semangat antikolonialisme kiai Saleh Darat berasal. (Kiai Sholeh Darat dan dinamika politik di Nusantara abad XIX-XX M, hal. 34)

Bentuk nyata perlawanan kiai Saleh Darat terlihat dari ditulisnya tafsir Faydur Rahman. Banyak penelitian disebut sebagai sebuah upaya perlawanan,sebab pemerintah Belanda mengeluarkan kebijakan terkait larangan menulis terjemah Alquran kedalam bahasa daerah.

Penulis belum menemukan dokumen primer terkait kebijakan tersebut, tetapi banyak penelitian terkait tafsir Faydur Rahman menuliskan tentang larangan Belanda terhadap penerjemahan Alquran kedalam bahasa daerah seperti tulisan Istianah, Lilik Faiqoh, Arifin.

Ditulisnya tafsir tersebut juga sebagai bentuk tanggung jawab moral seorang ulama terhadap umat muslim yang terkungkung pada krisis nilai-nilai agama. Hal ini nampak pada mukadimah tafsirnya:

“Anatha ora angen-angen poro menungso kabeh ing maknane Alquran kang wus nurunake ingsun in Quran.  Supoyo podo angen-angen menungso ing Quran, mongko arah mengkno monhko dadi neja ingsun gawe terjemahe maknane quran.”

Hakim menambahkan, salah satu pendapat mengatakan bahwa perkelanaan kiai Saleh Darat ke Makkah dimulai tahun 1835. Tahun ketika syekh Nawawi Banten masih berusia 15 tahun. Sebelum berangkat ke Makkah, ia juga telah menuntaskan belajar ilmu agama di berbagai ulama di wilayah penjuru pesisir pantai utara Jawa.

Baca Juga: Jalan Tengah Antara Pertentangan dan Penerimaan Hermeneutika terhadap Penafsiran Al-Qur’an

Pengembaraannya di Makkah tersebut membuka jejaring yang lebih luas dengan berbagai ulama dari seluruh penjuru dunia serta juga menjadi salah seorang penerus transmisi ulama Haramayn-Nusantara. (Kiai Sholeh Darat dan dinamika politik di Nusantara abad XIX-XX M. 56-57)

Layakkah Disebut Tafsir Pertama

Tafsir Faydur Rahman adalah kitab tafsir berbahasa Jawa pertama, demikianlah yang diakui oleh semua penulis buku tentang kiai Saleh Darat seperti pada tulisan Abdul Mustaqim dan Tulisan Taufik Hakim. Berdasarkan penjelasan di atas, tafsir Faydur Rahman merupakan bagian dari kemelut sejarah Islam Indonesia pada masa penjajahan.

Mulai dari perdebatan kemunculan pesantren, relasi ulama Nusantara-Haramayn sampai pergolakan politik kekuasaan Islam di Indonesia yang menuntut para intelektual muslim mengubah pola dakwah Islam dari politik budaya ke pendidikan. Bagi penulis, Tafsir Faydur Rahman adalah salah satu produk dari proses transmisi-transformasi dakwah. Utamanya pasca kekalahan Perang Diponegoro tahun 1930. Wallahu A’lam

Oleh: Muhammad Wildan
Artikel asal telah diterbitkan di tafsiralquran.id dengan sepengetahuan penulis

Tags: Kiai Saleh Daratseratlontarseratlontar indonesiaTafsir Faydur RohmanTafsir Jawa PertamaTafsir Nusantara

Artikel Terkait

tafsir_al-azhar
Al-Qur'an dan Tafsir

What’s modern about modern tafsīr? A closer look at Hamka’s Tafsīr al-Azhar

14 November 2024
One Day One Juz
Al-Qur'an dan Tafsir

One Day One Juz: Komunitas dalam Kehidupan Beragama di Era Digital

7 September 2024
Hermeneutika humanis by sukidi
Al-Qur'an dan Tafsir

Hermeneutika Humanis Gagasan Nasr Hāmid Abu Zayd Menurut Sukidi

5 September 2024
The European Qur’an
Al-Qur'an dan Tafsir

The European Qur’an: Mengenal Lebih Dekat Proyek besar Studi Qur’an di Eropa

4 September 2024
Makna Muhkam dan Mutashabih
Al-Qur'an dan Tafsir

Makna Muhkam dan Mutashabih menurut sudut pandang Tabari danZamakhsyari

4 September 2024
Al-Qur’an pada Masa Rasulullah: Meniti Sejarah Awal Isam
Al-Qur'an dan Tafsir

Al-Qur’an pada Masa Rasulullah: Meniti Sejarah Awal Isam

28 August 2024
Next Post
Tafsir Faydur Rahman sebagai Pelopor Tafsir Berbahasa Jawa: Benarkah Demikian

Tafsir Faydur Rahman sebagai Pelopor Tafsir Berbahasa Jawa: Benarkah Demikian

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

tafsir_al-azhar
Al-Qur'an dan Tafsir

What’s modern about modern tafsīr? A closer look at Hamka’s Tafsīr al-Azhar

by admin_seratlontar
14 November 2024
0

Written by Mun’im Sirry | Review Article This article was written by Mun’im Sirry which light up Tafsir Al-Azhar in...

Jurnal_Al-Manar

Pengaruh Jurnal Al-Manar terhadap Produk Fatwa di Kawasan Asia Tenggara

2 October 2024
Falsifikasi_Karl_Popper

Falsifikasi Karl Raimund Popper dalam Catatan A. Setyo Wibowo

24 September 2024
Studi_Islam

Studi Islam dalam Lintas Sejarah: Suatu Pengantar

23 September 2024
orientalisme

Menguak Alasan ‘Orientalisme’ Ditulis Sebagai Sebuah Buku

25 September 2024
Peran_Kebijakan_Publik

Peran Kebijakan Publik Terhadap Kasus BLBI

20 September 2024

Artikel Populer

  • Jurnal_Al-Manar

    Pengaruh Jurnal Al-Manar terhadap Produk Fatwa di Kawasan Asia Tenggara

    498 shares
    Share 199 Tweet 125
  • Menguak Alasan ‘Orientalisme’ Ditulis Sebagai Sebuah Buku

    486 shares
    Share 194 Tweet 122
  • Memahami Hadis secara Mendalam: Antitesa Kesalahpahaman

    473 shares
    Share 189 Tweet 118
  • Makna Muhkam dan Mutashabih menurut sudut pandang Tabari danZamakhsyari

    472 shares
    Share 189 Tweet 118
  • The European Qur’an: Mengenal Lebih Dekat Proyek besar Studi Qur’an di Eropa

    472 shares
    Share 189 Tweet 118
  • What’s modern about modern tafsīr? A closer look at Hamka’s Tafsīr al-Azhar

    472 shares
    Share 189 Tweet 118

Copyright © 2024 Serat Lontar

All Rights Reserved

Open chat
Powered by Joinchat
Selamat datang di seratlontar.com. Kami merupakan platform media informasi dan pengetahuan. Kami juga menyediakan pelatihan menulis bagi pemula untuk meningkatkan kemampuannya dalam menulis supaya mereka dapat menyalurkan ilmunya dengan baik kepada pembaca.