SERATLONTAR – Al-Qur’an pada masa Rasulullah tentu memiliki perbedaan dengan masa setelahnya. Sebagai contoh, masa Abu Bakar mulai memasuki era kodifikasi Al-Qur’an.
Kodifikasi atau pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an menjadi salah satu kajian penting dalam kajian Tarikh Al-Qur’an. Hal tersebut memiliki keterkaitan erat dengan bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan Al-Qur’an kepada para sahabat.
Perbedaan dialek dalam membaca Al-Qur’an, nantinya lahir menjadi disiplin ilmu yang dinamakan Ilmu Qiraat.
Pada masa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dikenal dengan masa dimana mayoritas masyarakat Arab pada saat itu tidak mengenal budaya tulis menulis.
Terkait dengan tema besar di atas, muncullah sebuah pertanyaan, bagaimana perkembangan Al-Qur’an pada masa Rasulullah. Atau, adakah mushaf Al-Qur’an pada masa tersebut. Untuk menjawab beragam pertanyaan tersebut, tulisan berikut ini sedikit banyak memberi penjelasan kepada pembaca.
Baca Juga: Manuskrip Hadis dan Tafsir dalam Catatan, Sejak Kapan Keduanya Muncul
Cara para Sahabat di Zaman Rasulullah Mengabadikan Al-Qur’an
Al-Qur’an pada masa Rasulullah mendapat perlakuan yang berbeda dengan masa setelahnya. Pada masa ini, dapat dicirikan bahwa lebih banyak sahabat yang menghafalnya daripada yang menulis.
Kalaulah ada tulisan Al-Qur’an, masih terpisah-pisah ke banyak media. Dengan kata lain, Al-Qur’an pada masa Rasulullah belum ada yang dalam bentuk satu mushaf secara utuh.
Terdapat dua cara para sahabat mengabadikan Al-Quran, yaitu pertama, dengan menyimpannya ke dalam dada manusia atau menghafalkannya. Kedua, dengan merekamnya secara tertulis di atas berbagai jenis bahan untuk menulis.
1. Tradisi Menghafal
Dalam upaya penulisan Al-Quran Rasul tidak serta merta memberikan izin kepada semua sahabatnya apalagi ummatnya, beliau mengutuskan orang kepercayaannya untuk menulis wahyu yang telah diberikan kepadanya.
Namun pada awalnya Al-Quran pada masa Rasulullah masih dalam bentuk hafalan. Hal ini terjadi karena Rasulullah mengajarkan dan memperdengarkan ayat-ayat yang telah diberikan kepada para sahabat secara lisan.
2. Al-Qur’an pada Masa Rasulullah dalam Bentuk Tulisan
Meskipun Rasulullah mengajarkannya secara lisan dan mengutamakan hafalan, bukan berarti pengajaran Rasulullah luput dari hal menulis wahyu yang telah diturunkan.
Sebabnya, pada saat wahyu diturunkan ada beberapa orang sahabat yang di tugaskan secara rutin oleh Rasulullah untuk menulis ayat yang diturunkan.
Melansir dari tulisan Mustafa Al-A’dzami yang berjudul Sejarah Teks Al-Quran dari Wahyu Sampai Kompilasi, termasuk di dalamnya adalah Zayd bin Tsabit. Ia merupakan sahabat yang mewakilkan Rasulullah menulis ayat yang diuturunkan.
Ayat tersebut ditulis dalam berbagai macam benda. Saat penulisan selesai maka Zayd membacakannya kembali didepan Rasulullah agar tidak ada kata lain yang tersisipkan ke dalam teks ayat yang telah dituliskan.
Alasan Belum Adanya Mushaf Al-Qur’an
Pada masa Rasulullah, penulisa Al-Quran sudah dilakukan sehingga setiap wahyu yang turun sudah terkumpul dalam sebuah tulisan, yang dengan kata lain sudah lengkap. Namun, pada masa ini Al-Quran belum terkumpul menjadi sebuah mushaf.
Beberapa faktor yang menjadi alasannya menurut Cahaya Khaeroni dalam artikel yang berjudul Sejarah Al-Qur’an (Uraian Analitis, Kronologis, dan Naratif tentang ejarah Kodifikasi Al-Quran) antara lain:
- Tidak adanya faktor pendorong untuk membukukan Al-Quran menjadi satu mushaf, karena mengingat Rasulullah masih hidup, sehingga masih ada orang yang menjadi acuan bagi para sahabat dan masyarakat pada saat itu, dan juga banyaknya sahabat yang menghafal Al-Quran sehingga tidak ada unsur-unsur yang diduga dapat mengganggu kelestarian Al-Quran.
- Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur, maka suatu hal yang logis bisa Al-Quran bisa dibukukan dalam satu mushaf setelah Rasulullah SAW wafat.
- Selama proses turunnya Al-Qur’an masih terdapat kemungkinan adanya ayat-ayat Al-Quran yang mansukh.
Al-Qur’an Pasca Rasulullah Wafat
Pasca Rasulullah wafat, Al-Quran telah dihafalkan oleh ribuan sahabat dan tertulis dalam mushaf dengan tersusun. Susunan atau tertib penulisan Al-Quran itu tidak menurut kronologi turunnya, tetapi setiap ayat yang diturunkan ditulis ditempat penulisan yang sudah sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW.
Az-Zarkasyi berkata, “Al-Quran tidak dituliskan dalam satu mushaf pada zaman Rasulullah agar ia tidak berubah pada setiap waktu. Oleh sebab itu, penulisannya dilakukan kemudian setelah Al-Quran turun semua, yaitu setelah wafatnya Rasulullah,”
Dengan pengertian inilah, ditafsirkan apa yang diriwayatkan oleh Zayd bin Tsabit radiyallahu ‘anhu yang mengatakan, “Raulullah wafat dan Al-Quran belum dikumpulkan sama sekali,”
Maksudnya adalah ayat-ayat yang terdapat dalam Al-Qur’an belum terkumpul secara tertib dalam sebuah mushaf.
Demikian sejarah Al-Qur’an pada Masa Rasulullah. Kala itu, kitab suci ini belum terkumpul ke dalam satu kesatuan mushaf, akan tetapi, banyak para sahabat yang menghafalnya.