• Home
  • Artikel
  • Kirim Tulisan
  • Tentang Kami
  • Kontak
Menu
  • Home
  • Artikel
  • Kirim Tulisan
  • Tentang Kami
  • Kontak
Home Keislaman

Syekh Ahmad Khatib Al-Minankabawi: Imam Masjidil Haram Asal Negeri Melayu

by admin_seratlontar
15 September 2024
syekh_ahmad_khatib

SERATLONTAR – Hubungan antara muslim Indonesia dengan muslim Arab telah berjalan sejak lama. Pada kisaran abad tujuh belas sampai dua puluh awal, Makkah menjadi tempat persinggahan bangsawan dan ulama Nusantara untuk menggali ilmu. Ulama terkemuka yang pencapaiannya sampai menjadi imam masjidil haram salah satunya ialah Syekh Ahmad Khatib Al-Minankabawi.

Menarik kiranya artikel ini mengulas kisah hidup beliau. Mengingat tidak mudahnya kualifikasi keilmuan menjadi imam di masjid paling berpengaruh di seluruh dunia ini. Simak penjelasannya berikut ini:

Kelahiran dan Silsilah

Melansir dari lajnah.kemenag.go.id, Syekh Ahmad Khatib Al-Minankabawi , lahir  26 Juni 1860 di Koto Tuo Balai Gurah, Kecamatan IV Angkat Candung, Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Ia adalah seorang ulama terkemuka  Indonesia yang mempunyai pengaruh besar di dunia Islam, khususnya di Mekkah.

Baca Juga

Pengaruh Jurnal Al-Manar terhadap Produk Fatwa di Kawasan Asia Tenggara

Studi Islam dalam Lintas Sejarah: Suatu Pengantar

Nama lengkap beliau adalah hmad Khatib bin Abdul Latif bin Abdullah bin Abdul Aziz al-Minangkabawi al-Jawi al-Makki asy-Syafi’i al-Asy’ari.

Melansir dari umsb.ac.id, Ahmad Khatib adalah anak dari Abdul Latif bin Abdullah, seorang bangsawan dan dari keluarga  ulama. Kakeknya Abdullah juga dikenal sebagai Imam di daerah tersebut. Keluarganya memiliki tradisi keilmuan yang kuat, yang menjadi dasar pendidikan dan pemikirannya.

Adapun ibu beliau bernama Limbak Urai, merupakan anak dari Tuanku Nan Rancak, ulama besar pada zaman perang Paderi. Beliau memiliki lima saudara kandung dan enam belas saudara seayah.

Sebagai pengantar, melansir dari sma13smg.sch.id, perang Paderi (1803-1838 M) merupakan peperangan yang terjadi di wilayah Minangkabau, Sumatera Barat. Perang tersebut melibatkan kaum ulama dan kaum adat yang disokong oleh Belanda.

Sejarah Pendidikan Syaikh Ahmad Khatib

Pendidikan awal Ahmad Khatib dimulai di Kweek School Fort de Kock, tempat ia menerima pendidikan formalnya.  Selain itu, ia belajar agama di bawah bimbingan ayahnya dan menghafal Al-Quran.

Beliau Berangkat ke tanah suci pada usia yang masih menginjak sebelas tahun, bersama dengan ayah dan pamannya, Abdul Gani. Tepatnya pada tahun 1871, Ahmad Khatib pergi ke Makkah tidak lain untuk menunaikan ibadah haji dan menimba ilmu.

Setelah  haji, ia memilih untuk tetap tinggal di Mekah untuk melanjutkan pendidikannya di Masjidil Haram, di mana ia belajar di bawah bimbingan berbagai ulama terkemuka. Menurut catatan laduni.id, tiga guru beliau ialah: Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, Muhammad Al-Kurdi, Sayyid Abu Bakar Syata. Selain itu, guru beliau lainnya adalah Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Makky, dan Syekh Abdul Hadi.

Hasil dari ikhtiarnya dalam menuntut ilmu di tanah suci, beliau berhasil menguasai ilmu-ilmu agama dan umum seperti: Al-Quran, Hadis, ilmu falak, fiqih, ushul, Aljabar (matematika), tarikh, ilmu waris, dan ilmu ukur. Menurut catatan pada laman id.wikipedia.org, beliau juga menguasai bahasa Inggris. Meski belum teruji kebenarannya, mengingat latar belakang sejarah konflik di tanah kelahirannya yang penuh dengan konflik kepentingan.

Terlebih juga dengan dinamika geopolitik dunia kala itu yang masih dalam kungkungan penjajahan, tidak menutup kemungkinan Syekh Ahmad Khatib turut mengikuti perkembangan itu. Beliau juga turut memendam benih-benih perjuangan melawan penjajahan. Hal tersebut dapat dilihat dengan jaringan ulama nusantara dari murid-murid beliau yang memiliki peran besar terhadap pergerakan di tanah air.

Keahlian dan Keilmuan

Ahmad Khatib dikenal sebagai  ahli dalam berbagai bidang keislaman antara lain fiqh, tafsir, dan hadis. Dia adalah seorang mufti Syafii dan memiliki pemahaman yang mendalam tentang hukum Islam. Sebagaimana telah dikatakan sebelumnya, beliau juga menguasai ilmu-ilmu umum.

Keahliannya inilah yang membawanya diangkat menjadi Imam dan Khatib Masjidil Haram. Posisi ini sangat bergengsi dan diperuntukkan bagi mereka yang memiliki pengetahuan tingkat lanjut.

Karya Semasa hidupnya

Ahmad Khatib meninggalkan banyak karya  yang berkontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan Islam.  Salah satu karyanya yang terkenal adalah Tafsir al-Khatib al-Makki, sebuah tafsir Al-Quran.

Selain itu, ia juga menulis nazam (puisi) berjudul Sirah Sayyid Walad Adam yang menggambarkan kehidupan Nabi Muhammad SAW. Karya-karya ini menunjukkan komitmennya terhadap pendidikan dan penyebaran ilmu pengetahuan di kalangan umat Islam.

Kitab kitab lainnya yang beliau tulis antara lain: Al-Jauhar An-Naqiyah Fi Al-A’mal Al-Jaibiyah, Raudatul Hussab Fi ‘Ilmil Hisab, Iqna’un Nufus, Dhau Al-Siraj Berbahasa Melayu.

Dakwah di Mekkah

Selama tinggal di Mekah, Ahmad Khatib menjabat sebagai Imam dan Khatib di Masjidil Haram serta menjadi guru di sebuah lembaga pendidikan Islam. Posisi ini mengukuhkan statusnya sebagai salah satu ulama terkemuka Mekah pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Ia dikenal dengan standar moral yang tinggi dan komitmennya dalam menanamkan nilai-nilai Islam kepada murid-muridnya.

Banyak pelajar dari berbagai latar belakang datang untuk belajar darinya, termasuk para pemimpin reformasi Islam yang kemudian berperan penting dalam perkembangan Islam di Indonesia.

Murid-muridnya

Para murid Ahmad Khatib memiliki banyak murid yang menjadi tokoh penting dalam sejarah Islam  Indonesia. Murid-muridnya antara lain: Kiai Ahmad Dahlan, merupakan pendiri Muhammadiyah yang berperan dalam modernisasi pendidikan Islam di Indonesia.

Hadratu Syaikh Hashim Asyari, merupakan pendiri Nahdlatul Ulama,  organisasi Islam terbesar di Indonesia. Sulaiman Ar-Rasuli merupakan pendiri PERTI yang kepanjangannya Persatuan Tarbiyah Islamiyah. Tokoh lain yang juga merupakan murid beliau adalah Abdul Karim Amrullah, ayah dari buya Hamka, penulis tafsir Al-Azhar.

Tahun Wafat

Syekh Ahmad Khatib Al-Minankabawi  meninggal di Mekah pada tanggal 9 Oktober 1915. Hal ini dengan kata lain, ia meninggal di usianya yang  belum genap enam puluh tahun. Beliau meninggalkan warisan yang sangat berharga dalam dunia pendidikan dan agama baik di Mekkah maupun Indonesia.

Namanya diabadikan di  berbagai lembaga pendidikan dan masjid, termasuk Masjid Agung Sumatera Barat, sebagai penghormatan atas kontribusinya dalam menyebarkan ilmu dan nilai-nilai Islam.

Dengan demikian, Syekh Ahmad Khatib Al-Minankabawi  tidak hanya seorang ulama tetapi juga seorang reformis yang berperan penting dalam perkembangan Islam di Indonesia dan dunia.

Wallahu A’lam
Oleh Muhammad Wildan

Tags: Biografiseratlontar indonesia

Artikel Terkait

Jurnal_Al-Manar
Keislaman

Pengaruh Jurnal Al-Manar terhadap Produk Fatwa di Kawasan Asia Tenggara

2 October 2024
Studi_Islam
Keislaman

Studi Islam dalam Lintas Sejarah: Suatu Pengantar

23 September 2024
orientalisme
Filsafat

Menguak Alasan ‘Orientalisme’ Ditulis Sebagai Sebuah Buku

25 September 2024
kiai_muhammad_munawwir
Keislaman

Kiai Muhammad Munawwir Krapyak: Ahli Al-Qur’an Paling Berpengaruh pada Masanya

16 September 2024
Syekh_Mahfudz
Keislaman

Syekh Mahfudz At-Turmusi: Ulama Nusantara yang Menjadi Mufaqih di Makkah

14 September 2024
quraish_shihab
Keislaman

Prof. Quraish Shihab: Mufasir Indonesia Terkemuka Abad Ini

14 September 2024
Next Post
kiai_muhammad_munawwir

Kiai Muhammad Munawwir Krapyak: Ahli Al-Qur’an Paling Berpengaruh pada Masanya

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

tafsir_al-azhar
Al-Qur'an dan Tafsir

What’s modern about modern tafsīr? A closer look at Hamka’s Tafsīr al-Azhar

by admin_seratlontar
14 November 2024
0

Written by Mun’im Sirry | Review Article This article was written by Mun’im Sirry which light up Tafsir Al-Azhar in...

Jurnal_Al-Manar

Pengaruh Jurnal Al-Manar terhadap Produk Fatwa di Kawasan Asia Tenggara

2 October 2024
Falsifikasi_Karl_Popper

Falsifikasi Karl Raimund Popper dalam Catatan A. Setyo Wibowo

24 September 2024
Studi_Islam

Studi Islam dalam Lintas Sejarah: Suatu Pengantar

23 September 2024
orientalisme

Menguak Alasan ‘Orientalisme’ Ditulis Sebagai Sebuah Buku

25 September 2024
Peran_Kebijakan_Publik

Peran Kebijakan Publik Terhadap Kasus BLBI

20 September 2024

Artikel Populer

  • Jurnal_Al-Manar

    Pengaruh Jurnal Al-Manar terhadap Produk Fatwa di Kawasan Asia Tenggara

    498 shares
    Share 199 Tweet 125
  • Menguak Alasan ‘Orientalisme’ Ditulis Sebagai Sebuah Buku

    486 shares
    Share 194 Tweet 122
  • Memahami Hadis secara Mendalam: Antitesa Kesalahpahaman

    473 shares
    Share 189 Tweet 118
  • Makna Muhkam dan Mutashabih menurut sudut pandang Tabari danZamakhsyari

    472 shares
    Share 189 Tweet 118
  • The European Qur’an: Mengenal Lebih Dekat Proyek besar Studi Qur’an di Eropa

    472 shares
    Share 189 Tweet 118
  • What’s modern about modern tafsīr? A closer look at Hamka’s Tafsīr al-Azhar

    472 shares
    Share 189 Tweet 118

Copyright © 2024 Serat Lontar

All Rights Reserved

Open chat
Powered by Joinchat
Selamat datang di seratlontar.com. Kami merupakan platform media informasi dan pengetahuan. Kami juga menyediakan pelatihan menulis bagi pemula untuk meningkatkan kemampuannya dalam menulis supaya mereka dapat menyalurkan ilmunya dengan baik kepada pembaca.