• Home
  • Artikel
  • Kirim Tulisan
  • Tentang Kami
  • Kontak
Menu
  • Home
  • Artikel
  • Kirim Tulisan
  • Tentang Kami
  • Kontak
Home Al-Qur'an dan Tafsir

Manuskrip Hadis dan Tafsir dalam Catatan, Sejak Kapan Keduanya Muncul

by admin_seratlontar
24 August 2024
Manuskrip Hadis dan Tafsir dalam Catatan, Sejak Kapan Keduanya Muncul

SERATLONTAR – Manuskrip hadis dan tafsir menjadi salah satu kajian penting dalam studi Islam. Alasannya, keduanya menjadi disiplin ilmu dalam dunia Islam yang telah muncul pada periode awal, yakni masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Berbicara terkait manuskrip hadis dan tafsir, keduanya memiliki perbedaan baik dari yang paling populer di kalangan umat islam, maupun mana yang lebih tua. untuk manuskrip tafsir tampaknya jauh lebih muda daripada manuskrip hadis. Penyebabnya ialah penulisan hadis ke dalam suatu teks lebih awal dari tafsir.

Memang benar bila dikatakan tafsir telah muncul pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Akan tetapi yang perlu menjadi catatan adalah pada zaman tersebtu tafsir berpusat pada Rasul itu sendiri, sehingga apa yang ia katakan baik itu hukum maupun penafsiran, diklasifikasikan sebagai hadis, oleh sebab perkataan rasul.

Baca Juga

What’s modern about modern tafsīr? A closer look at Hamka’s Tafsīr al-Azhar

Pengaruh Jurnal Al-Manar terhadap Produk Fatwa di Kawasan Asia Tenggara

Baru pada zaman sahabat dan tabi’in, tafsir sebagai disiplin ilmu tersendiri muncul. Kitab tafsir yang populer sebagai pertama kalinya dalam dunia islam ialah tulisan Imam At-Thabari yang judulnya Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an. Tanpa menunggu lebih lama lagi, berikut ini penjelasan terkait manuskrip hadis dan tafsir:

Manuskrip Hadis

Spekulasi Muasal Kemunculannya

Terdapat dua spekuliasi mengenai pertamakali ditulisnaya teks hadis. Pendapat pertama mengatakan bahwa hadis ditulis pertamakali sejak zaman nabi.

hal tersebut didasari pada Adanya tradisi kepenulisan Al-Qur’an, surat, dokumen, piagam, dan sejenisnya oleh sekretaris-sekretaris Nabi pada masa itu, baik atas dasar perintahnya maupun inisiatif sahabat.

Adapun tokoh  yang setuju dengan pendapat ini adalah Al-Khathib Al-Baghdadiy (w. 463 H), al-A’zhami, Imtiyaz Ahmad, Nabia Abbot, Fuad Sezgin, Muhammad ‘Ajjaj al-Khathib, Abu Syuhbah, Abu Hasan al-Nadwiy.

Pendapat kedua mengatakan bahwa hadis ditulis pasca wafatnya nabi. hal tersebut didasarkan pada Adanya larangan untuk menulis hadis karena khawatir akan tercampur  dengan al Qur’an.

Penyebaran hadis menggunakan tradisi lisan ketimbang tulisan, sebab kuatnya hafalan yang dimiliki oleh para sahabat Nabi Muhammad SAW.

Adapun tokoh ang setuju dengan pendapat ini adalah al-Kattaniy (w. 1345 H), Abu Rayyah, Rasyid Ridla, Taufiq Shidqiy, William Muir, Sprenger,  Juynboll, Goldziher, dan Schacht.

Baca Juga: Kepercayaan Masyarakat Jawa Lama, Wali Songo, Hingga Datang Belanda

Perkembangan Hadis dari Masa Nabi sampai Tabi’in

Hadis pada era nabi berkembang pesat melalui tradisi lisan yang disandarkan pada sanad. Selain itu, hadis juga berkembang dengan tulisan meski tidak terlalu pesat perkembangannya. Era nabi semua hadis sangat jauh dari unsur pemalsuan karena nabi masih hidup.

Beranjak ke era tabi’in, pemalsuan hadis semakin  masif karena berbagai kepentingan terlebih lagi kepentingan politik. Oleh karena itu pada masa umar bin abdul aziz dibuatlah kodifikasi kitab hadis.

Beranjak menuju masa tabi’it tabi’in penyusunan hadis disepsifikasikan berdasarkan subjek tertentu. Masa ini juga memuat penggabungan hadis nabi, qaul sahabat dan qaul tabi’in.

Pada masa tabiul atba’ (periode ketiga) penyusunan hadits lebih diperketat berdasarkan kualitasnya (adanya derajat hadits dari segi ke-shahih-andan ke-dhaif-annya).

Penyusunan kaidah tashhih hadits. Pemilahan atau pemisahan antara hadits Nabi dengan qaul shabiy dan qaul tabi’in. Contohnya: shahih Bukhari, shahih Muslim, sunan al-Tirmidzi, sunan Abu Daud, sunan Ibn Majah, sunan al-Nasa’i, musnad Ahmad ibn Hanbal.

Baca Juga: Ragam Penafsiran Al-Qur’an di Masa Modern dan Kontemporer

Manuskrip Tafsir

Tafsir Jalalain merupakan kitab tafsir yang sering dikaji oleh pesantren tradisional terutama di Jawa. Ditulis oleh Jalaludin Al-Mahalli dan Jalaludi As-Suuthi. Tafsir Jalalai banyak ditulis oleh kiyai ulama’ terdahulu.

Contohnya seperti salinan (manuskrip) jilid kedua yang telah ditemukan di Dukuh Kauman, Desa Karangturi, Lasem Rembang dan tersimpan di perpustakaan Masjid Jami’ Lasem.

Pemilik Manuskrip ini adalah Mbah Topo, dan diperkirakan sudah berumur 146 tahun. ditulis  pada 1294 H atau 1873 M dalam bahasa Arab.

Manuskrip ini dimulai dari Juz 15-30 yang dimulai dari surah al-Kahfi hingga An-Nas, namun tidak memiliki nomor halaman. Diitulis dengan ketebalan 5cm, dan berukuran 31×21 m.

Ukuran teksnya 23×14 cm, kecuali hal 1 dan 2 yang ukurannya 17×12 cm. Ada 23 baris setiap halaman, kecuali hal 1 dan 2, hanya 13 baris. Teks pada halaman 1 dan 2 menggunakan Iluminasi, sedangkan seterusnya tidak.

Kertas yang digunakan memiliki watermark (cap), bergambar lingkaran, didalamnya ada seperti gambar singa, dan dibagian atasnya ada seperti Mahkota Menggunakan tinta hitam dengan tulisan  Arab gundul. Ayat al-qur’an berwarna merah biasa disebut rubrikasi.

Tags: seratlontarseratlontar indonesiastudi manskrip

Artikel Terkait

tafsir_al-azhar
Al-Qur'an dan Tafsir

What’s modern about modern tafsīr? A closer look at Hamka’s Tafsīr al-Azhar

14 November 2024
Jurnal_Al-Manar
Keislaman

Pengaruh Jurnal Al-Manar terhadap Produk Fatwa di Kawasan Asia Tenggara

2 October 2024
Studi_Islam
Keislaman

Studi Islam dalam Lintas Sejarah: Suatu Pengantar

23 September 2024
orientalisme
Filsafat

Menguak Alasan ‘Orientalisme’ Ditulis Sebagai Sebuah Buku

25 September 2024
kiai_muhammad_munawwir
Keislaman

Kiai Muhammad Munawwir Krapyak: Ahli Al-Qur’an Paling Berpengaruh pada Masanya

16 September 2024
syekh_ahmad_khatib
Keislaman

Syekh Ahmad Khatib Al-Minankabawi: Imam Masjidil Haram Asal Negeri Melayu

15 September 2024
Next Post
Kelompok Ahmadiyah: Mengenal Muasal dan Pandangan Teologisnya

Kelompok Ahmadiyah: Mengenal Muasal dan Pandangan Teologisnya

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

tafsir_al-azhar
Al-Qur'an dan Tafsir

What’s modern about modern tafsīr? A closer look at Hamka’s Tafsīr al-Azhar

by admin_seratlontar
14 November 2024
0

Written by Mun’im Sirry | Review Article This article was written by Mun’im Sirry which light up Tafsir Al-Azhar in...

Jurnal_Al-Manar

Pengaruh Jurnal Al-Manar terhadap Produk Fatwa di Kawasan Asia Tenggara

2 October 2024
Falsifikasi_Karl_Popper

Falsifikasi Karl Raimund Popper dalam Catatan A. Setyo Wibowo

24 September 2024
Studi_Islam

Studi Islam dalam Lintas Sejarah: Suatu Pengantar

23 September 2024
orientalisme

Menguak Alasan ‘Orientalisme’ Ditulis Sebagai Sebuah Buku

25 September 2024
Peran_Kebijakan_Publik

Peran Kebijakan Publik Terhadap Kasus BLBI

20 September 2024

Artikel Populer

  • Jurnal_Al-Manar

    Pengaruh Jurnal Al-Manar terhadap Produk Fatwa di Kawasan Asia Tenggara

    498 shares
    Share 199 Tweet 125
  • Menguak Alasan ‘Orientalisme’ Ditulis Sebagai Sebuah Buku

    486 shares
    Share 194 Tweet 122
  • Memahami Hadis secara Mendalam: Antitesa Kesalahpahaman

    473 shares
    Share 189 Tweet 118
  • Makna Muhkam dan Mutashabih menurut sudut pandang Tabari danZamakhsyari

    472 shares
    Share 189 Tweet 118
  • The European Qur’an: Mengenal Lebih Dekat Proyek besar Studi Qur’an di Eropa

    472 shares
    Share 189 Tweet 118
  • What’s modern about modern tafsīr? A closer look at Hamka’s Tafsīr al-Azhar

    472 shares
    Share 189 Tweet 118

Copyright © 2024 Serat Lontar

All Rights Reserved

Open chat
Powered by Joinchat
Selamat datang di seratlontar.com. Kami merupakan platform media informasi dan pengetahuan. Kami juga menyediakan pelatihan menulis bagi pemula untuk meningkatkan kemampuannya dalam menulis supaya mereka dapat menyalurkan ilmunya dengan baik kepada pembaca.