SERATLONTAR – Tujuan studi Al-Qur’an bukanlah mencari pemahaman yang paling benar dan yang tidak sepadan dianggap salah, akan tetapi teks sebagai sebuah media perantara yang merefleksikan sebuah perantara komunikasi.
Angelina Neuwrith menganggap Al-Qur’an sebagai sebuah teks sastra dan teks komunikasi. Sampai saat ini, Al-Qur’an tidak disusun secara kronologis melainkan ditulis secara intergral berdasarkan surat.
Namun demikian, struktur Al-Qur’an yang ada saat ini mengandung proses komunikasi. hal terpenting adalah bagaimana menghidupkan Al-Qur’an dengan semangatnya.
Artinya, Al-Qur’an sekarang ini tidak dianggap sebagai sesuatu yang mapan, tetapi menjadikannya sebagai sesuatu yang bergerak dan bahan dialog antara pesan tuhan dengan umatnya. Dampaknya adalah akan terbentuk suatu koumunikasi antara Al-Qur’an dengan para pembacanya.
Baca Juga: Ragam Penafsiran Al-Qur’an di Masa Modern dan Kontemporer
Pendekatan dalam Meneliti Al-Qur’an: Pandangan Angelina Neuwrith
Pendekatan yang paling tepat dalam meneliti Al-Qur’an adalah sastra-sejarah. Cara pandang sastra terwujud dalam mengkaji struktur mikro satuan surah dalam Al-Qur’an.
Adapun pendekatan sejarah digunakan untuk menganalisis teks sebagai proses komunikas. Maksudnya yakni dengan menempatkan Al-Qur’an dalam tradisi literernya. Konsekuensinya, neuwrith tidak akan berspekulatif menjadikan teks bibel sebagai tradisi literer Al-Qur’an.
Perpaudan pendekatan sejarah-sastra merupakan harapan Neuwrith untuk memadukan posisi tradisional dan revisionis.
Adapun sistem kerjanya ialah melakukan investigasi terhadap literatur secara sistematis terhadap struktur mikro teks.
Dengan demikian, teks Al-Qur’an tidak hanya dipandang sebagai teks yang berbicara kepada audiens secara linier, tetapi sebagai naskah yang merefleksikan proses terbentuknya komunikasi antara Al-Qur’an dengan pendengarnya.
Dengan analisi struktur mikro, akan tampak dengan jelas struktur struktur yang mencerminkan perkembangan sejarah dengan proses komunikasi.
Cara Kerja Pendekatannya
Adapun langkah kerja Nauwrith adalah sebagai berikut:
- Analisis berangkat dari satu surah. Surat ini dibaca sebagai teks sastra sekaligus sebagai teks yang merekam proses komunikasi. Proses komunikasi ini bisa dilihat dengan membuat hubungan yang logis antara bagian-bagian kelompok surat ditentukan oleh subyek-subyek yang terlibat dalam komunikasi
- Analisis diatas dibaca dengan intertekstualitas. Ini diasumsikan bahwa penerima teks adalah orang yang telah mengerahui bibel, teks arab dan yunani.
Dengan metode interteks, Neuwrith membuka pintu dialog antara Islam, Kristen dan Yahudi. Ia menghindari terjebaknya pemikiran tentang Al-Qur’an adalah tiruan Bible.
Al-Qur’an berbeda dengan Bible, genre dan parafrasenya adalah dampak dari pewahyuan itu sendiri.
Kesimpulan logis yang diambil Neuwrith adalah hasil dari bacaannya terhadap tulisah Nasr Hamid bahwa Al-Qur’an merupakan sebuah kode yang harus dipecahkan. Basis yang digunakan adalag pendekatan literatur teks dan komunikasi melalui analisis struktur mikro. Wallahu A’lam
Oleh: Muhammad Wildan
Direktur seratlontar.com