SERATLONTAR – Memahami hadis secara mendalam merupakan hal yang sangat diperlukan. Tujuannya ialah untuk membebaska umat dari kesalahpahaman. Banyak redaksi hadis meskipun sahih kualitasnya, memiliki asbabulwurud yang tidak mesti semua orang mengetahuinya.
Salah paham memahami makna suatu hadis memiliki efek yang beruntun bagi kehidupan umat muslim. Sebab, sebagai salah satu sumber hukum dan jalan hidup seorang muslim, hadis beberapa kasus terikat dengan konteks. Pemahaman hadis secara tekstual yang terlepas dari kontes membentuk prilaku baru umat muslim yang kaku.
Kategorisasi Pemahaman Teks Hadis
Terdapat tiga kategori orang dalam memahami teks hadis: pertama, General tekstual, yakni memahami hadis langsung dari tekstualnya. Kedua, general kontekstual, adalah memahami teks hadis dengan mempertimbangkan kontekstualitas hadis .
Ketiga, ialah kritis selektif dan kontekstual, yaitu memahami hadis dengan teliti berdasarkan kontekstualitas teks dan menyesuaikan matan hadis yang relevan dengan kebutuhan, meski tidak menafikkan bahwasannya semua hadis itu penting.
Dengan kata lain, kategori ketiga di atas merupakan kelompok yang memahami hadis secara mendalam.
Contoh Kasus
Salah satu bentuk ketidaktahuan umat mengenai makna teks hadis, dapat terlihat dari pemikiran hadis misoginis. Hadis yang bersifat shalih likulli zamaan wal makaan tentu tidak mungkin mendiskreditkan wanita.
Selaras dengan hal tersebut, nabi pada konteks zaman dahulu dalam berdakwah menyesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat yang notabene berstruktur patriarki. Hadis yang biasanya dijadikan bahan diskusi sarjanawan seperti ini:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ، فَإِنَّ المَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ، وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلاَهُ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ، وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ، فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliallahu’anhu bahwa Rasulullah bersabda: ‘Berwasiatlah (dalam kebaikan) pada wanita, karena wanita diciptakan dari tulang rusuk, dan yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah pangkalnya. Jika kamu coba meluruskan tulang rusuk yang bengkok itu, maka dia bisa patah. Namun bila kamu biarkan maka dia akan tetap bengkok. Untuk itu nasehatilah para wanita’,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kesalahpahaman memahami hadis biasanya terletak pada penerjemahan teks matan. Terjemah secara tekstualis berimplikasi pada pemahaman kurang tepat bagi para pembaca. Bisa saja makna dari kata خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ berarti barang yang sama dengan penciptaan adam yaitu tanah.
Baca Juga: Studi Manuskrip Al-Qur’an: Suatu Pengantar
Tulang rusuk juga bisa dimaknai sebagai sebuah kebutuhan yang tidak terlepaskan dari tiap manusia. Seorang lelaki akan selalu membutuhkan perempuan diibaratkan seperti tulang rusuk yang mejadi salah satu organ fital dalam tubuh manusia.
Untuk mendalami hadis tersebut perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Sumber hukum Islam (fiqih) yang berasal dari Al-Qur’an dan hadis akan menjadi hukum Islam apabila sudah dirumuskan oleh sarjanawan dan pakar.
Salah satu metode untuk memahami teks hadis adalah dengan Ilmu Maanil hadis. Kesalahan umum para penerjemah biasanya terletak pada diksi dan kata. Tiap bahasa memiliki berbagai arti dan makna.
Terkadang penerjemah hanya fokus kepada satu kata terjemahan saja, padahal kata tersebut belum tentu sepadan dengan teks asli. Contohnya kata عمر dan سنين dalam terjemahan Indonesia adalah umur.
Padahal dua kata tersebut memiliki konotasi yang berbeda. Kata عمر adalah usia, dapat diartikan dalam konteks kuantitas. Penggunaan umrun seperti contohnya adalah usia manusia terhitung dari awal mula ia lahir sampai meninggal.
Adapun kata سنين berarti umur dalam konteks kualitas. Begitu banyak kata dalam bahasa Arab terutama bahasa hadis dan Al-Qur’an yang perlu dikaji lebih dalam untuk membantu pemahaman hadits secara tekstual.
Urgensi dan Kesimpulan
Memahami hadis secara mendalam merupakan tugas dan tanggung jawab umat muslim secara bersama. Sebab, dengan cara itu kita dapat semakin dekat dengan cara hidup baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Wallahu A’lam
Oleh: Muhammad Wildan
Direktur Seratlontar.com